DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
..................................................................................
I
PENDAHULUAN
.......................................................................................
II .III
BAB 1 {TENTANG
CANDI BAJANGRATU}
SEJARAH
CANDI BAJANGRATU
................................................................... 1.2.3
Kisah Tragis
Prabu Kalagemet ....................................................................
4
Candi Bajang
Ratu terlihat dari depan........................................................ 5
keindahan
candi bajangratu........................................................................
6
Kisah Sang
Raja Muda Jayanegara Candi Bajangratu ................................. 7
Fungsi Candi
Bajangratu..............................................................................
8.9
Wafatnya
Sang Raja.....................................................................................
10
kesimpulan..................................................................................................
11
lampiran-lampiran.......................................................................................
12
daftar
pustaka.............................................................................................
13
Kata pengantar
Puji syukur kehadirat tuhan yang maha kuasa atas
segala limpahan rahmat.inayah,taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat
menyelsaikan penyususnan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.semoga makalah ini
dapat di pergunakan sebagai salah satu acuan pembelajaran sejarah indonesia.
Harapan saya semoga makalah ini bisa membantu dan menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca.
Adapun
makalah sejarah indonesia tentang candi bajangratu ini telah kami usahakan
semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan
bayak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan
makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada kekurangan
baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan
lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang
ingin member saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki
makalah candi bajangratu.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah sejarah indonesia tentang candi bajangratu ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah sejarah indonesia tentang candi bajangratu ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.
Yogyakarta,19 januari 2015

PENDAHULUAN
A.LATAR
BELAKANG MASALAH
Nama Bajang Ratu mungkin ada hubungannya dengan Jayanegara. Bajang
artinya kecil/kerdil/tidak jadi. Seperti istilah Pabajanganyang berarti Kuburan
anak kecil. Menurut kitab pararaton maupun dalam legenda, Jayanegara dinobatkan
menjadi Raja ketika masih kecil (bajang) sehingga gelar Ratu Bajang sangat
melekat pada dirinya.
Candi
Bajangratu terletak di Dukuh Kraton, Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten
Mojokerto. Candi ini berupa gapura yang merupakan bangunan yang didirikan untuk
mengenang Jayanegara sebagai Putra Mahkota Majapahit, yang semasa dalam
kandungan sudah dinobatkan menjadi raja muda. Kata bajang berarti
"kecil" dan ratu artinya "raja"Dalam kitab Pararaton,
dijelaskan bahwa Raja Jayanegara yang merupakan raja ke-2 Majapahit, wafat
pada tahun 1328 M.Fungsi gapura Bajangratu diduga sebagai pintu masuk ke sebuah
bangunan suci untuk memperingati wafatnya Jayanegara. Dugaan tersebut mengarah
pada relief fragmen Sri Tanjung dan Ramayana yang mempunyai rangkaian arti
sebagai lambang pelepasan/kematian.
Judul
makalah ini sengaja dipilih karena menarik perhatian penulis untuk dicermati
dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak yang peduli terhadap dunia
sejarah.
B.RUMUSAN
MASALAH
1. apa asal
usul candi bajangratu.
2. Bagaimanakah Kisah Tragis Prabu Kalagemet di Candi Bajang Ratu
3. Seberapa besar kontribusi Indonesia dalam dalam sejarah candi bajangratu
2. Bagaimanakah Kisah Tragis Prabu Kalagemet di Candi Bajang Ratu
3. Seberapa besar kontribusi Indonesia dalam dalam sejarah candi bajangratu

C. BATASAN
MASALAH
mengerti sejarah candi bajangratu.
Sebagai candi yang terdapat di indonesia kita harus mengerti arti penting
candi bajangratu.
Mengerti sejarah kisah raja muda di candi bajangratu dan fungsinya.
D.TUJUAN
PENULISAN
a.
Memberikan informasi dan info kepada siswa siswi tentang pentingnya sejarah salah satu candi
di indonesia.
b. Memberikan info tentang Kisah Tragis Prabu Kalagemet di Candi Bajang Ratu
c. Memberikan info bagaimana keindahan candi bajangratu
b. Memberikan info tentang Kisah Tragis Prabu Kalagemet di Candi Bajang Ratu
c. Memberikan info bagaimana keindahan candi bajangratu
d. Info
tentang fungsi dan keindahan candi bajangratu.
E.MANFAAT
PENULISAN
semoga
makalah ini dapat di pergunakan sebagai salah satu acuan pembelajaran sejarah
indonesia. Harapan saya semoga makalah ini bisa membantu dan menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. dan semoga dari makalah sejarah
indonesia tentang candi bajangratu ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya
sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.
![]() |
BAB 1
Sejarah candi bajangratu
Lokasi : Dk. Kraton. Ds.
Temon. Kec Trowulan Kab. Mojokerto
Bahan Bangunan :
Bata Merah dan Batu Andesit
Ukuran
Bangunan : Pj : 11,5m. Lb: 10.50m.
Tg: 16.50 m
Ukuran Bata
Merah : Pj. 37 cm. Lb: 20 cm. Tbl: 7.5
cm
Luas Area : 11,500 m2
KETERANGAN
Nama Bajang
Ratu mungkin ada hubungannya dengan Jayanegara. Bajang artinya
kecil/kerdil/tidak jadi. Seperti istilah Pabajanganyang berarti Kuburan anak
kecil. Menurut kitab pararaton maupun dalam legenda, Jayanegara dinobatkan
menjadi Raja ketika masih kecil (bajang) sehingga gelar Ratu Bajang sangat melekat
pada dirinya.
Denah
bangunan berbentuk persegi empat dan dengan ukuran 11,5x10,5m. serta tinggi
berukuran 16,50 m. tinggi lorong pintu 1,40m. secara vertical Gapura Bajang
Ratu dibagi menjadi tiga bagian (kaki,tubuh dan atap) tinggi kaki gapura 2,48m.
struktur kaki terdiri dari bingkai bawah, badan kaki dan atas. Pada sudut kaki
masing-masing terdapat hiasan/panil, kecuali pada bagian kiri depan dihiasi
dengan Relief Sri tanjung. Dalam kisah tersebut muncul tokoh Ranini, Jelmaan
Dewi Uma Sakti Siwa.
Nama Bajang
Ratu pertama kali disebut dalam Oudhi Kunding Verslag (OV) pada tahun 1915.
Penyelamatan yang pertama kali dilakukan pada tahun 1890 dengan jalan dipasang
balok kayu sebagai penyangga dan kemudian diganti dengan besi karena kayu
tersebut kropos (lapuk). Seperti yang dilaporkan oleh Knebel pada tahun 1907.
Penyelamatan dari keruntuhan total diselesaikan pada tahun 1915. Sedang
penggalian dan penelitian dilakukan pada tahun 1919.Bajang Ratu merupakan pintu
masuk dengan bentuk Paduraksa (beratap tunggal). Atapnya tinggi terdiri dari
tingkatan-tingkatan horizontal dengan puncak berbentuk kubus. Pada atap
terdapat beberapa hiasan relief antara lain;

• Relief Kalamakara
• Relief Naga Berkaki
• Relief Kepala Kala
• Relief Surya (Matahari)
• Relief Mata Satu (Monocle Cyclops)
• Relief Ratna (relief Mahkota/kelopak
bunga).
Relief-relief
diatas mempunyai fungsi sebagai pelindung/penolak bala’ penolak dari segala
macam mara bahaya.
Pada bingkai
pintu terdapat ornament, berupa relief bintang bertelinga panjang dengan ekor
berbentuk Sulur Gunung sebagai hiasan.
Pada samping
kanan dan kiri bangunan induk panil yang agak sempit dihiasi dengan relief
Ramayana (menggambarkan peperangan antara manusia kera dengan manusia raksasa).
Gapura ini juga bisa disebut dengan Gapura bersayap (melambangkan bentuk
pelepasan). Karena bagian kiri dan kanan terdapat sayap (pagar) yang kini
tinggal pondasi .
Pada lantai
dan atap diletakkan umpak persegi panjang dengan 4 buah lubang dibawah dan 4
buah lubang lagi diatas. Atau juga bisa diperkirakan merupakan engsel pintu
sementara fungsi gapura Bajang Ratu ada dua pendapat yaitu:
• Sebagai pintu masuk menuju ke sebuah
kompleks bangunan suci. Pendapat ini bersumber pada: Relief Sritanjung yang
melambangkan bentuk upacara pengruwatan / pelepasan, Bentuk arsitektur
bangunannya yang merupakan Gapura Paduraksa. Seperti di kompleks makan Sendang
Dhuwur (Paciran Lamongan), Gapura Plumbangan (Blitar) dll. Yang melambangkan
bentuk pelepasan atau sebagai gunung, tempat tinggal roh dan para Dewa pada
masa Pra Hindu.

Wisnu pada tahun 1328 M. Dharmanya didalam
kedaton dan Arcanya yang diwujudkan sebagai Wisnu diletakkan di Bubad. (Sirato
Dhinarumeng Kapopongan Bhiseka ring Crangga Pura, Pratistaning Antawulan).Menurut
Krom ( 1928) Crangga pura dalam pararaton dengan Crirangga Pura dalam kitab
Negara Kertagama. Sedang Antawulan (Pararaton) sama dengan antarsasi dalam
kitab Negara Kertagama.
Sehingga
disimpulkan bahwa Dharma (tempat suci)nya Jaya Negara berada di Kepopongan /
Crangga Pura / Crirangga Pura, Pratista Bangunan Sucinya berada di Antawulan
(Trowulan).Bila prediksi diatas benar maka Gapura ini dapat dipastikan yang
disebut di dalam kitab Pararaton maupun di dalam Kitab Negara Kertagama. Dan
berarti didirikan pada tahun 1340 M (1262 Ad) atau 12 Th, setelah Jaya Negara
wafat (1328M/1250)Candi Bajangratu diduga sebagai pintu masuk ke sebuah
bangunan suci untuk memperingati wafatnya Raja. Bajangratu sendiri dalam bahasa
jawa kuno berarti kecil, naik tahta menjadi raja waktu masih kecil, dan konon
itu terjadi pada Raja Jayanegara.
Lokasi
berdirinya Candi Bajangratu ini letaknya relatif jauh (2 km) dari dari pusat
kanal perairan Majapahit di sebelah timur,saat ini berada di dusun Kraton, desa
Temon 0,7 km dekat dari candi Tikus. Alasan pemilihan lokasi ini, mungkin untuk
memperoleh ketenangan dan kedekatan dengan alam namun masih terkontrol, yakni
dengan bukti adanya kanal melintang di sebelah depan candi berjarak kurang
lebih 200 meter yang langsung menuju bagian tengah sistem kanal Majapahit,
menunjukkan hubungan erat dengan daerah pusat kota Majapahit.
Keberadaan
candi ini juga tak lepas dari sebuah kepercayaan yang masih melekat dibenak
masyarakat setempat. Adalah suatu pamali bagi seorang pejabat pemerintahan
untuk melintasi atau memasuki pintu gerbang Candi Bajangratu ini, karena
dipercayai hal tersebut bisa memberikan nasib buruk.
Sedangkan
Bajang Ratu mulai dipugar oleh pemerintah Indonesia pada tahun anggaran 1985
sampai dengan selesai tahun 1989, dan diresmikan oleh Direktorat Jenderal
kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1992.
![]() |
Kisah Tragis Prabu Kalagemet
Meski
terbuat dari batu bata merah, Candi Bajang Ratu tetap memperlihatkan pesonanya
Kerajaan
Majapahit menjadi potret Bangsa dan Negara Indonesia di masa lalu. Jatuh bangunnya
negara ini juga pernah dialami Majapahit kala itu. Masa pemerintahan Raja
Jayanegara yang singkat menjadi contoh yang baik bagi generasi sekarang.
Dari
perempatan jalan besar Trowulan. Perjalanan kami bagi dua tahap. Pertama kami
dahulukan kunjungan ke komplek kekunoan yang terletak di bagian utara
perempatan itu.
Di daerah
ini ada kekunoan antara lain Candi Bajang Ratu, Wringin lawang dan Kolam
Segaran. Tahap berikutnya di bagian selatan perempatan Trowulan, kami
mengunjung Candi Gentong dan Brahu.
Gapura
Bajang Ratu terletak di desa Temon. Menurut penjelasan juru kunci yang kami
temui. Ada pendapat yang menarik mengenai bangunan candi ini. Bajang Ratu
berasal dari Bahasa Jawa. “Bajang” berarti tidak jadi atau kerdil. Sedangkan
“Ratu” berarti raja.
![]() |
Candi Bajang Ratu terlihat dari depan
Pendapat ini
dikaitkan dengan masa pemerintahan Raja Jayanegara yang relatif singkat karena
timbulnya banyak pemberontakan di dalam negeri Majapahit.
Bahkan
Jayanegara yang punya nama lain Kalagemet itu tewas ditangan tabibnya sendiri.
Tabib Tanca namanya.
Menurut ahli
purbakala dilihat dari bentuknya gapura atau candi ini merupakan pintu gerbang
bernentuk “Paduraksa” yaitu gapura yang memiliki atap.
Candi ini
terbuat dari batu bata, kecuali ambang atas pintu dan tangga masuk terbuat dari
batu gunung (andesit).
Candi ini
memiliki sayap dan pagar tembok di kedua sisinya. Pada kaki candi terdapat
hiasan panil yang menggambarkan cerita “Sri Tanjung”.
Di bagian
atas tubuh candi terdapat ambang pintu yang di atasnya terdapat hiasan kala
dengan ornamen sulur-suluran.
Sedangkan
bagian atas atau atap candi bentuknya bertingkat-tingkat dengan puncaknya berbentu persegi.
Pada atap
candi terdapat ornamen kepala kala diapit singa, relief matahari, naga berkaki,
kepala garuda dan relief bermata satu.Pada sayap kanan terdapat dinding
berbentuk panil sempit dengan relief cerita Ramayana yang digambarkan dengan
perkelahian raksasa melawan kera.Sayap kiri ada ornamen berupa binatang
bertelinga panjang.Para ahli purbakala mengatakan bahwa Gapura Bajang Ratu
merupakan pintu masuk ke sebuah bangunan suci untuk mengenang Prabu Jayanegara
yang dalam kitab Negarakertagama disebut kembali ke dunia Wisnu tahun1328 Saka.
Berdasarkan relief binatang bertelinga panjang dan relief naga diperkirakan
Bajangratu berasal dari abad 13 – 14.dibangun gapura ini belum pernah
dipugar, kecuali usaha-usaha konsolidasi
yang dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1915.Pada tahun 1989,
Gapura Bajangratu mulai dipugar dan selesai tahun 1992. Dari kejauhan Candi
Bajangratu tampak menawan dipadu pepohonan dan taman bunga yang tertata dan terawat apik semakin menambah pesona
candi yang lebih mirip gapura ini.
Perjalanan
kami tidak berakhir sampai di sini saja. Tanpa menunggu berlama-lama kami
bergegas menuju candi-candi peninggalan Majapahit lainnya. Untuk melengkapi
pengalaman travelling kami.
![]() |
keindahan candi bajangratu
1.bentuk
gapura atau candi yang mirip dengan candi yang ada di bali merupakan daya tari
candi bajangratu tersebut.
2. keunikan
candi atau gapura yang terbuat dari bata-bata merah yang berhiaskan relif pada
bagian-bagian candi tersebut membuat penasaran para pengunjung yang ingin melihatnya.
3. relif
kala mengelilingi dan menghiasi setiap atap atau gapura dengan berbagai macam simbol sampai ketahap tertinggi dari
gapura tersebut yang membentuk segitiga
menjadi pesona keindahan dari candi bajang ratu itu sendiri.
4. motif
seperialatau sulur yang terdapat di badan maupun sayap candi membuat bangunan
tersebut kelihatan lebih megah dan gagah.
5. selain
itu adanya simbol sakral yang lainnya seperti singa,garuda ,dan naga yang di
percayai umat hindu maupun umat budha sebagai sosok magis yang dulunya menjadi
kendaraan untuk menuju kedunia lain.hal
ini tentunya menjadi daya tarik juga bagi candi bajangratu itu sendiri.
![]() |
Kisah Sang Raja Muda Jayanegara Candi
Bajangratu di Mojokerto
Candi
Bajangratu terletak di Dukuh Kraton, Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten
Mojokerto. Candi ini berupa gapura yang merupakan bangunan yang didirikan untuk
mengenang Jayanegara sebagai Putra Mahkota Majapahit, yang semasa dalam
kandungan sudah dinobatkan menjadi raja muda. Kata bajang berarti
"kecil" dan ratu artinya "raja"Dalam kitab Pararaton,
dijelaskan bahwa Raja Jayanegara yang merupakan raja ke-2 Majapahit, wafat pada
tahun 1328 M.Fungsi gapura Bajangratu diduga sebagai pintu masuk ke sebuah
bangunan suci untuk memperingati wafatnya Jayanegara. Dugaan tersebut mengarah
pada relief fragmen Sri Tanjung dan Ramayana yang mempunyai rangkaian arti
sebagai lambang pelepasan/kematian.
Candi yang
berupa gapura tersebut, diperkirakan dibangun antara abad ke-13 dan ke-14,
menempati area cukup luas, tinggi gapura sampai pada puncak atap adalah 16,1 m
dan panjangnya 6,74 m.Gapura itu beratap dengan tangga naik dan turun menghadap
ke dua arah. Seluruh bangunan dibuat dari batu bata merah, kecuali tangga dan
ambang pintu yang terbuat dari andesit.Candi ini mempunyai lorong masuk keluar
dengan lebar 1,40 m.Bingkai di kiri kanan pintu masuk berdiri pahatan berupa
binatang bertelinga panjang dengan ekor berbentuk sulur gulung naik
keatas.Sedangkan diatas lantai, dipahatkan sepasang umpak dengan dua buah
lubang bekas engsel pintu yang daun pintunya membuka kedalam.
Pada sudut-sudut
kaki gapura terdapat panel-panel yang pada bagian depannya dihiasi dengan
relief fragmen cerita Sri Tanjung sampai pada alam kematian. Sedangkan gapura
Bajangratu mempunyai sayap di sisi kanan dan kiri , kedua sisinya yang
bagian-bagiannya dihiasi relief-relief, dan terdapat relief fragmen Ramayana
yang menggambarkan dua orang yang sedang berkelahi, salah seorang diantaranya
menderita kekalahan.Selain itu penampil-penampil gapura dihias dengan
pelipit-pelipit yang diukir dengan rangkaian bunga atau hiasan belah ketupat
panjang, serta beberapa pelipit yang belum selesai ukirannya.
Sementara
itu, atap gapura berbentu meru (gunung) , mirip limas bersusun dengan puncak
persegi. Setiap lapisan dihiasi ukiran dengan pola limas terbalik dan pola
tanaman. Pada lapis kedua, terdapat kepala kala di tengah dengan sepasang
taring yang panjang. Sedangkan, pada bagian tengah lapis ketiga terdapat relief
matahari ( Surya Majapahit ), yang merupakan simbol Kerajaan Majapahit. Candi Bajangratu dikategorikan candi yang
bercorak Hindu.
![]() |
Fungsi Candi Bajangratu
Mengenai
fungsi candi, diperkirakan bahwa Candi Bajangratu didirikan untuk menghormati
Jayanegara. Dasar perkiraan ini adalah adanya relief Sri Tanjung di bagian kaki
gapura yang menggambarkan cerita peruwatan. Relief yang memuat cerita peruwatan
ditemukan juga, antara lain, di Candi Surawana. Candi Surawana diduga dibangun
sehubungan dengan wafatnya Bhre Wengker (akhir abad ke-7). Dalam Kitab
Pararaton dijelaskan bahwa Jayanegara wafat tahun 1328 (‘sira ta dhinar meng
Kapopongan, bhiseka ring csrenggapura pratista ring Antarawulan’). Disebutkan
juga bahwa Raja Jayanegara, yang kembali ke alam Wisnu (wafat) pada tahun 1328,
dibuatkan tempat sucinya di dalam kedaton, dibuatkan arcanya dalam bentuk Wisnu
di Shila Petak dan Bubat, serta dibuatkan arcanya dalam bentuk Amoghasidhi di
Sukalila. Menurut Krom, Csrenggapura dalam Pararaton sama dengan Antarasasi
(Antarawulan) dalam Negarakertagama, sehingga dapat disimpulkan bahwa ‘dharma’
(tempat suci) Raja Jayanegara berada di Kapopongan alias Csrenggapura alias
Crirangga Pura alias Antarawulan, yang kini disebut Trowulan. Arca perwujudan
sang raja dalam bentuk Wisnu juga terdapat di Bubat (Trowulan). Hanya lokasi
Shila Petak (Selapethak) yang belum diketahui.
Disamping
pendapat di atas, ada pendapat lain mengenai fungsi Candi Bajangratu. Mengingat
bentuknya yang merupakan gapura paduraksa atau gapura beratap dengan tangga
naik dan turun, Bajangratu diduga merupakan salah satu pintu gerbang Keraton
Majapahit. Perkiraan ini didukung oleh letaknya yang tidak jauh dari lokasi
bekas istana Majapahit. Bajangratu diperkirakan didirikan antara abad ke-13 dan
ke-14, mengingat: 1) Prakiraan fungsinya sebagai candi peruwatan Prabu
Jayanegara yang wafat tahun 1328 M ; 2) Bentuk gapura yang mirip dengan candi
berangka tahun di Panataran Blitar; 3) Relief penghias bingkai pintu yang mirip
dengan relief Ramayana di Candi Panataran; 4) Bentuk relief naga yang
menunjukkan pengaruh Dinasti Yuan. J.L.A. Brandes memperkirakan bahwa Bajangratu
dibangun pada masa yang sama dengan pembangunan Candi Jago di Tumpang, Malang,
ditilik dari adanya relief singa yang mengapit sisi kiri dan kanan kepala Kala,
yang juga terdapat di Candi Jago. Candi Jago sendiri diperkirakan dibangun pada
abad ke-13.

Bagian dalam
candi membentuk lorong yang membujur dari barat ke timur. Anak tangga dan
lantai lorong terbuat dari batu. Bagian dalam atap candi juga terbuat dari
balok batu yang disusun membujur utara-selatan, membentuk ruang yang menyempit
di bagian atas. Atap candi berbentuk meru (gunung), mirip limas bersusun,
dengan puncak persegi. Setiap lapisan dihiasi dengan ukiran dengan pola limas
terbalik dan pola tanaman. Pada bagian tengah lapis ke-3 terdapat relief
matahari, yang konon merupakan simbol kerajaan Majapahit. Walaupun candi ini
menghadap timur-barat, namun bentuk dan hiasan di sisi utara dan selatan dibuat
mirip dengan kedua sisi lainnya. Di sisi utara dan selatan dibuat relung yang
menyerupai bentuk pintu. Di bagian atas tubuh candi terdapat ukiran kepala
garuda dan matahari diapit naga.
Candi
Bajangratu telah mengalami pemugaran pada zaman Belanda, namun tidak didapatkan
data mengenai kapan tepatnya pemugaran tersebut dilaksanakan. Perbaikan yang
telah dilakukan mencakup penguatan pada bagian sudut dengan cara mengisikan
adonan pengeras ke dalam nat-nat yang renggang dan mengganti balok-balok kayu
dengan semen cor. Beberapa batu yang hilang dari susunan anak tangga anak
tangga juga sudah diganti.

Wafatnya Sang Raja
Bajangratu diperkirakan telah ditemukan kembali oleh Belanda
sekitar tahun 1915. Pada tahun itu, kemungkinan candi mengalami pemugaran untuk
pertama kalinya. Setelahnya, tahun 1989 dikonservasi lagi dan selesai pada
1992. Nama “Bajangratu” sendiri memiliki makna yang masih simpang siur. “Ratu”
dikonotasikan sebagai raja atau pemimpin kerajaan, sementara “bajang” dapat
diterjemahkan sebagai hantu yang berkuku panjang atau manusia/makhluk yang
cacat. Sementara itu, Gapura Bajangratu merupakan tempat yang disebut dalam
Kitab Nagarakretagama sebagai Sri Ranggapura atau Istana Sri Rangga.
Pencantuman tersebut berkaitan dengan mangkatnya Kaligemet, yang tak lain
adalah putra mahkota dari pendiri sekaligus raja pertama Majapahit, yaitu Raden
Wijaya. Anak dari raja yang bergelar Kertarajasa Jayawardhana tersebut
merupakan anak dari istri yang bernama Prameswari. Tahun 1328, pangeran yang mulai
memerintah Majapahit di usia muda itu meninggal dunia saat kondisi kerajaan
tengah berkecamuk karena pemberontakan dan perebutan kekuasaan. Gelar
Jayanegara yang disandangnya kemudian membuatnya lebih dikenal sebagai Raja
Jayanegara.
![]() |
Kesimpulan:
Nama Bajang Ratu mungkin ada hubungannya dengan Jayanegara.
Bajang artinya kecil/kerdil/tidak jadi. Seperti istilah Pabajanganyang berarti
Kuburan anak kecil. Denah bangunan berbentuk persegi empat dan dengan ukuran
11,5x10,5m. serta tinggi berukuran 16,50 m. tinggi lorong pintu 1,40m. secara
vertical Gapura Bajang Ratu dibagi menjadi tiga bagian (kaki,tubuh dan atap)
tinggi kaki gapura 2,48m. Candi yang berupa gapura tersebut, diperkirakan
dibangun antara abad ke-13 dan ke-14.Dugaan tersebut mengarah pada relief
fragmen Sri Tanjung dan Ramayana yang mempunyai rangkaian arti sebagai lambang
pelepasan/kematian.dijelaskan bahwa Raja Jayanegara yang merupakan raja ke-2
Majapahit, wafat pada tahun 1328 M.Sedangkan gapura Bajangratu mempunyai sayap di
sisi kanan dan kiri , kedua sisinya yang bagian-bagiannya dihiasi
relief-relief, dan terdapat relief fragmen Ramayana yang menggambarkan dua
orang yang sedang berkelahi, salah seorang diantaranya menderita
kekalahan.Selain itu penampil-penampil gapura dihias dengan pelipit-pelipit
yang diukir dengan rangkaian bunga atau hiasan belah ketupat panjang, serta
beberapa pelipit yang belum selesai ukirannya. atap gapura berbentuk meru
(gunung) , mirip limas bersusun dengan puncak persegi. Setiap lapisan dihiasi
ukiran dengan pola limas terbalik dan pola tanaman. Pada lapis kedua, terdapat
kepala kala di tengah dengan sepasang taring yang panjang. Sedangkan, pada
bagian tengah lapis ketiga terdapat relief matahari ( Surya Majapahit ), yang
merupakan simbol Kerajaan Majapahit. Candi Bajangratu dikategorikan candi yang
bercorak Hindu.
Keberadaan
candi ini juga tak lepas dari sebuah kepercayaan yang masih melekat dibenak
masyarakat setempat. Adalah suatu pamali bagi seorang pejabat pemerintahan
untuk melintasi atau memasuki pintu gerbang Candi Bajangratu ini, karena
dipercayai hal tersebut bisa memberikan nasib buruk.
Sedangkan
Bajang Ratu mulai dipugar oleh pemerintah Indonesia pada tahun anggaran 1985
sampai dengan selesai tahun 1989, dan diresmikan oleh Direktorat Jenderal
kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1992.
![]() |
Comments
Post a Comment